perjuangan

"Perjuangan koboi.
Seorang koboi datang ke sebuah kota dari horison yang jauh di kota ini sedang merajalela perampokan, perkosaan dan ketidak adilan. koboi ini menantang sang bandit berduel dan ia menang. setelah banditnya mati penduduk kota yang ingin berterima kasih mencari sang koboi. Tetapi ia telah pergi ke horison yang jauh. Ia tidak ingin pangkat-pangkat atau sanjungan-sanjungan dan ia akan datang lagi kalau ada bandit-bandit berkuasa.
Demikian pula mahasiswa. Ia turun ke "kota" karena terdapat "bandit-bandit PKI" yang sedang menteror penduduk, merampok kekayaan rakyat dan mencemarkan wanita-wanita terhormat. Mahasiswa ini menantangnya dengan berduel dan menang. Setelah ia menang ia balik lagi ke bangku-bangku kuliah, sebagai mahasiswa yang baik. Ia tidak ingin mengeksploitir jasa-jasanya untuk mendapatkan rezeki-rezeki."

Tulisan diatas adalah kutipan dari Buku catatan seorang demonstran. Disini jelas bahwa mahasiswa pada masa-masa rezim orde baru telah berjuang sekuat tenaga untuk membela bangsa mereka yang mereka cintai. Mereka tidak mau melihat bangsa mereka diperlakukan dengan semena-mena. Kita mahasiswa layaknya koboi yang menumpas bandit-bandit setelah koboi itu menang maka ia akan pergi jauh dari kota dan akan kembali lagi bila terjadi penindasan. Kita sebagai mahasiswa pada zaman ini juga seharusnya selayaknya seperti seorang koboi seperti para pendahulu kita lakukan. Jangan hanya bersembunyi menutup mata, telinga dan hati kita atas apa yang terjadi diluar sana apa yang terjadi dengan negara dan bangsa kita ynag telah diperjuangkan para pendahulu kita untuk merdeka, merdeka dari penjajahan merdeka dari kekuasaan yang absolut, merdeka dari berbagai belenggu yang telah merantai hak-hak kebebesan. Mahasiswa harus muncul dari naungan rahim yang nyaman buka mata, telinga dan hati kita atas apa yang terjadi di bangsa kita ini negara Indonesia yang telah di perjuangkan oleh para pahlawan. Perjuangan terus berlanjut ayo kita bangkit dan membela bangsa kita yang butuh pertolongan ini. Berdiri dan melangkah dengan gagah berani membantu bangsa kita ini.

Kita jangan hanya mementingkan diri kita sendiri perlu disadari diluar sana banyak orang-orang yang memerlukan bantuan dari kita mahasiswa. Kita harus selalu beriringan dengan kondisi negara kita jangan hanya diam apabila ada sesuatu yang terjadi dalam pemerintahan ini kita harus cepat tanggap. Kebanyakan orang berdemonstrasi merupakan hal yang buruk dianggap anarki dan berbagai pandangan negatif lainnya padahal disadari atau tidak pemerintahan kita sekarang berkat para mahasiswa pendahulu kita yang berdemonstrasi dengan tujuan membela bangsanya yang terdzolimi pada masa yang lampau. Kutipan salah satu kata-kata soe hok gie: "Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan." Kejahatan itu tidak hanya dengan melakukan sesuatu jika kita diam saja tidak mau tahu menau tentang keadaan bangsa kita adalah salah satu KEJAHATAN.

Politik adalah sesuatu yang kotor tapi jika kita sudah terdesak dan memang perlu dilakukan maka lakukanlah dengan dasar prinsip yang jelas dan tegas seperti kata soe hok gie "Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah." Sepengetahuan saya gie adalah sosok yang netral dalam beliau tidak suka membela golongan dan kepentingan individu, agama maupun ras jadi beliau terjun di lumpu-lumpur yang kotor itu karena terdesak dan memang perlu tindakan untuk terjun ke lumpur-lumpur yang kotor itu.

Sebagai mahasiswa sudah layaknya kita seperti pendahulu kita mereka yang berjuang bahkan dengan taruhan nyawa mereka berani dengan bermodalkan suara mereka melawan militer-militer dengan tank-tank, panser dan persenjataan lengkap mereka. Sekarang kita sudah pada era demokrasi dimana kebebasan berpendapat dijamin lalu mengapa kita hanya diam melihat pertiwi yang mengerang-erang memanggil kita untuk menolong mereka??. Kebanyakan orang-orang memang menghindari demonstrasi karena dinilai negatif tapi coba jika kita melakukannya atas dasar yang soe hok gie bicarakan: "Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun." Dengan atas dasar ini maka kemungkinan besar demonstrasi kita tidak akan dinilai anarki karena kita netral dalam melakukannya demi bangsa kita tidak demi kepentingan atau atas dasar suatu golongan, kepentingan individu, ormas ataupun agama dengan begini kita melakukan suatu demonstrasi dengan maksud membantu membuat keadaan menjadi lebih baik bukan malah memperkacau ataupun merusak keadaan, sampai saat ini cita-cita soe hok gie masih belum tercapai karena kebanyakan dari kita melakukan suatu tindakan politis dengan atas dasar maksud tertentu belum ikhlas demi tanah air kita bangsa kita.

Mahasiswa seharusnya tampil layaknya koboi yang membasmi kejahatan setelah kejahatan itu pergi maka mahasiswa pun selayaknya juga pergi tanpa mengharapkan sesuatu jabatan, pangkat dan keuntungan lainnya dan kemudian pergi kemabali menuju bangku kuliah dan kembali ke akademiknya setelah selesai mengusir kejahatan itu dan ketika kejahatan itu kembali maka mahasiwa pun kembali untuk melawannya selayaknya seorang koboi.

mahasiswa

Sebenarnya apa arti dari mahasiswa??.
Apakah sama artinya dengan siswa ketika kita duduk di bangku TK, SD, SMP, dan SMA??. Apakah mahasiswa itu hanya bertugas untuk belajar, mengerjakan tugas dari dosen, mendengarkan dosen, belajar yang rajin agar mendapatkan IP/nilai yang tinggi. Pulang kuliah terus langsung pulang ke kos atau rumah masing-masing atau bahkan jalan-jalan muter-muter kemana-mana. Aktivitasnya cuma berangkat kuliah, selesai kuliah pulang, jalan-jalan, main, belajar (kalau yang memang belajar) terus tidur dan esoknya kembali lagi dengan aktivitas yang sama. Bukankah jika begitu kita tidak berbeda dengan siswa TK, SD, SMP, dan SMA?. lalu apa bedanya MAHASISWA dengan SISWA?.

Yang membedakan antara mahasiswa dengan siswa adalah TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI:
  • Dharma pendidikan
  • Penelitian
  • Pengabdian masyarakat
Tetapi dalam realita kehidupan dewasa ini para mahasiswa yang mengamalkan tri dharma tersebut hanya sebagian. Sebagian mahasiswa hanya dalam taraf pendidikan saja sedangkan poin-poin tri dharma lainnya agak kurang, jika ini yang terjadi apa bedanya kita dengan siswa yang memakai seragam merah putih, biru putih, dan putih abu-abu???. Perbedaan mahasiswa sekarang sangat mencolok dari pada masa doeloe. mahasiswa sebelum kita merdeka sebelum tahun 1945 mereka adalah mahasiswa yang hebat dan sangat pintar menurut saya bayangkan saja mereka menempuh sarjananya di luar negeri kebanyakan di negara Belanda. karena pada masa itu di Indonesia sendiri sangat sedikit atau bisa dikatakan jarang memiliki perguruan tinggi. Otomatis mereka yang belajar di luar negeri adalah orang-orang yang pintar bayangkan saja mereka dapat menguasai bahasa belanda dengan fasih sebab jika tidak maka mereka akan kesulitan dalam menyerap ilmu di negeri kincir angin sana. rasa patriotis, kepedulian, dan persatuan mereka sangatlah tinggi saya rasa. Karena mereka sebagai mahasiswa merasa mempunyai kewajiban untuk mempersatukan bangsa dan melawan penjajah. Mereka sadar tanpa persatuan maka negara Indonesia yang mereka cintai tidak akan dapat MERDEKA tanpa adanya persatuan. Padahal di satu sisi mereka harus menempuh pendidikannya dengan hasil yang bagus. Betapa luar biasanya beliau-beliau yang telah mengorbankan kepentingan individu mereka untuk persatuan bangsa Indonesia. dan sudah jelas ini adalah dharma yang ketiga dharma pengabdian kepada masyarakat. saya yakin mereka telah melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi dengan baik.

Mahasiswa pada masa setelah 1945-runtuhnya rezim orde lama. Mahasiswa pada zaman ini tidak bisa bersantai-santai setelah kemerdekaan mereka berperan penting dalam masa ini. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia harus mempertahankan kemerdekaanya. dan setelah mereka sekarang yang jadi pertanyaan bagaimana cara memerintah NKRI ini. Kemudian mulailah pergolakan antara saudara setanah air. Politik dipermainkan, keadaann ekonomi yang belum stabil, keamanan yang belu terjamin, kemakmuran,, kesejahteraan, dasar negara adalah yang terjadi kontroversi pada masa itu. Mahasiswa pada masa ini pun bergerak atas tergugahnya rasa prihatin terhadap negaranya. Pada masa ini tercetuslah TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat) :
  1. BUBARKAN PKI
  2. Perombakan Kabinet
  3. Turunkan harga      
TRITURA ini terjadi karena adanya kondisi politik yang simpang siur dan terbentuknya PKI yang meresahkan masyarakat .Perombakan Kabinet dan Turunkan harga karena harga pada masa itu adalah terlalu melambung tinggi. dalam masa ini muncullah tokoh mahasiswa bernama SOE HOK GIE dialah yang sangat oposisif terhadap perintah lewat tulisannya yang berisi kritik-kritik yang tajamm kepada pemerintah dalam masa itu. Saya sangat mengapresiasi GIE dengan usaha-usahanya dalam mengkritik pemerintah walaupun pada akhirnya Beliau meninggal dalam usia muda dan meninggalnya beliau menurut saya masih merupakan misteri. Dalam rezim orde baru ini mahhasiswa menjalan TRI DHARMA perguruan tinggi.

Mahasiswa pada periode 1990-2000. Pada masa ini yang paling disorot adalah tragedi TRISAKTI ketika mahasiswa bersatu untuk meruntuhkan rezim ORDE BARU seperti pada masa soe hok gie yang lalu. Mahasiswa pada masa peranannya sangat penting karena mereka bertaruh nyawa untuk menggulirkan pada masa itu karena pada massa itu menurut masyarakat sudah tdak cocok lagi banyak kerusuhan dimana-mana menentang kekuasaan pada masa itu. Para mahasiswa bersatu untuk menggulingkan kekuasaan pada masa itu mereka berhadapan militer yang bersenjata lengkap tanpa rasa takut mereka maju dan gugur satu per satu tetepai seangat mereka tetaplah berkobar ibarat "mati satu tumbuh seribu" satu mati maka yang lain segera bertindak dan melawan. Hingga pada akhrinya mahasiswa dapat mengakhiri kekuasaaan orde baru. Menurutku merakapun telah menjalan Tri dharma perguruan tinggi.

mahasiswa pada periode 2000 keatas disini yang saya lihat dari mahasiswa termasuk saya sendiri. Saya merasakan sudah jarang rasa persatuan seperti mahasiswa yang dulu muncul sekarang sebagian mahasiswa lebih banyak mengurusi diri mereka sendiri dengan mencapai IP yang tinggi tanpa pengabdian kepada masyarakat jarang ada yang peduli dan priatin terhadap masyarakat dan juga kata-kata dari soe hok gie pun belum tercapai pada masa ini, kata beliau: "Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun". Nyatanya pada masa sekarang mahasiswa mengambil keputusan dalam arti politis tetap saja atas dasar agama, ormas, dan kepentingan golongan. Soe hok gie menginginkan kita para mahasiswa mengambil keputusan dalam arti politis atas dasar netral menginginkan kita tidak mementingan kepentingan pribadi tetapi kepentingan bangsa dan kepentingan negara kita dengan tujuan membuat negara tercinta Indonesia ini dengan atas dasar kebenaran yg benar-benar BENAR tidak atas kesalahan yang sudah jelas-jelas SALAH. mahasiswa pada masa ini telah terlena dengan kedamaian sudah terlalu nyaman dengan kondisi ini sehingga mereka lupa dengan persatuan. Mereka mementingkan kepentingan pribadi mereka sehingga tri dharma kita ini mulai menurun... juga ini merupakan koreksi bagi diri saya sendiri

realita kehidupan dalam kehidupanku

Sore ini pada tanggal 26 februari 2011 ak memulai postingan pertamaku....

yang ingin kutulis hari ini adalah tentang realita kehidupan menurut pandanganku. Apakah manusia memang terikat pada waktu, uang, dan nilai? (ini baru pandanganku yang belum menjajal berbagai asam, manis, pahit getir kehidupan). Banyak orang-orang yang selalu terpaut oleh waktu karena terbatasnya usia seseorang. Realitanya banyak yang terburu-buru menyelesaikan sesuatu pekerjaan atau tugas-tugas dosen mereka seperti takut dimakan waktu ingin cepat-cepat menyelesaikan studi mereka tapi terbentrok dengan kondisi yang ada hingga memungkinkan mereka bisa lebih lama dalam suatu studi itu yang seharusnya mereka tempuh beberapa tahun menjadi meleset satu atau 2 tahun. Jujur aku tidak ingin melampaui targetku tapi manusia hanyalah bisa berencana dan yang menentukan tetap Sang pemilik waktu dan semesta. Berbagai halangan selalu datang dan aku terus berpacu dengan waktu agar semua yang kurencanakan dapat berjalan sesuai keinginanku tapi sang waktu tak dapat berhenti sejenak untuk menungguku mereka berjalan terus dan ak sadar ak harus tetap berlari agar tidak termakan waktu yang berkuasa. Akankah kita tidak terpaut dengan waktu lagi akankah manusia dapat megontrol waktu? sehingga mereka bisa mengulang atau memajukan waktu ataupun memberhentikan waktu??.

Uang yhah itulah bagian dari kehidupan kata "uang" sendiri yang mengontrol kita untuk tetap mencarinya dan mendapatkannya agar kehidupan kita seperti yang kita harapkan "kemakmuran". Semua orang ingin kaya ingin mendapatkan uang yang banyak agar tercapai sesuatu yang diinginkannya sesuatu yang dbeli dan didapatkan dengan uang. Kebanyakan tolok ukur didasari dengan uang/harta sebegitu pentingnya suatu hingga kita diwajibkan untuk mencarinya. Apakah kita bekerja untuk uang? atau uang yang bekerja untuk kita?. Semoga uang yang kita dapat adalah hasil dari yang "halal". Walaupun begitu ada sesuatu yang tidak dapat dibeli dengan uang masih sedikit pengetahuanku tentang ini hal yang tidak mampu di beli dengan uang. apakah itu iman? cinta? kesetiaan? ketulusan? taukah semua itu sekarang dapat dibeli dengan uang?. Sebagian besar manusia tergantung dari hal ini mereka terus mencari uang, uang dan uang.

Nilai? satu hal ini yang paling menyangkut dalam kehidupanku sebagai seorang yang sedang dalam suatu proses pendidikan formal. Yhah inilah salah satu tolok ukur keberhasilan tapi apakah sesuatu itu tergantung dari IP? IPK?? walaupun banyak yang mengakatakan hal ini sebagian dari suatu tolok ukur seseorang untuk dkatakan sukses tapi dalam realitanya tetap pasti seseorang bertanya "bagaimana IPmu?" atau "bagaimana nilaimu?" jarang ada yang mengakatakan "apa kemampuanmu?" "bagaimana soft skillmu?" "apa yang kamu dapatkan selain teori2 yang pada prakteknya sedikit digunakan?" atau "apa si yang kamu bisa selain mendapatkan nilai yang bagus?". hmm... aku bingung apakah aku termasuk orang yang pintar atau bodoh?? ak sendiri tidak dapat mendifinisikan aku sendiri dalam kategori yang mana? yang aku tahu aku adalah aku.

soe hok gie

Soe Hok Gie adalah Orang keturunan China yang lahir pada 17 Desember 1942. Seorang putra dari pasangan Soe Lie Pit —seorang novelis— dengan Nio Hoe An. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan, Soe Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman. Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta.


Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Menurut seseorang peneliti, sejak masih Sekolah Dasar (SD), Soe Hok Gie bahkan sudah membaca karya-karya sastra yang serius, seperti karya Pramoedya Ananta Toer. Mungkin karena Ayahnya juga seorang penulis, sehingga tak heran jika dia begitu dekat dengan sastra.

Sesudah lulus SD, kakak beradik itu memilih sekolah yang berbeda, Hok Djin (Arief Budiman) memilih masuk Kanisius, sementara Soe Hok Gie memilih sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Strada di daerah Gambir. Konon, ketika duduk di bangku ini, ia mendapatkan salinan kumpulan cerpen Pramoedya: “Cerita dari Blora” —bukankah cerpen Pram termasuk langka pada saat itu?

Pada waktu kelas dua di sekolah menangah ini, prestasi Soe Hok Gie buruk. Bahkan ia diharuskan untuk mengulang. Tapi apa reaksi Soe Hok Gie? Ia tidak mau mengulang, ia merasa diperlakukan tidak adil. Akhirnya, ia lebih memilih pindah sekolah dari pada harus duduk lebih lama di bangku sekolah. Sebuah sekolah Kristen Protestan mengizinkan ia masuk ke kelas tiga, tanpa mengulang.

Selepas dari SMP, ia berhasil masuk ke Sekolah Menengan Atas (SMA) Kanisius jurusan sastra. Sedang kakaknya, Hok Djin, juga melanjutkan di sekolah yang sama, tetapi lain jurusan, yakni ilmu alam.

Selama di SMA inilah minat Soe Hok Gie pada sastra makin mendalam, dan sekaligus dia mulai tertarik pada ilmu sejarah. Selain itu, kesadaran berpolitiknya mulai bangkit. Dari sinilah, awal pencatatan perjalanannya yang menarik itu; tulisan yang tajam dan penuh kritik.

Ada hal baik yang diukurnya selama menempuh pendidikan di SMA, Soe Hok Gie dan sang kakak berhasil lulus dengan nilai tinggi. Kemuidan kakak beradik ini melanjutkan ke Universitas Indonesia. Soe Hok Gie memilih ke fakultas sastra jurusan sejarah , sedangkan Hok Djin masuk ke fakultas psikologi.

Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.

Gie sangat kecewa dengan sikap teman-teman seangkatannya yang di era demonstrasi tahun 66 mengritik dan mengutuk para pejabat pemerintah kemudian selepas mereka lulus berpihak ke sana dan lupa dengan visi dan misi perjuangan angkatan 66. Gie memang bersikap oposisif dan sulit untuk diajak kompromi dengan oposisinya.

Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, “Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth”.


Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena dianggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.

Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.” Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.
24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.

Beberapa quote yang diambil dari catatan hariannya Gie:

“Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.”

“Kehidupan sekarang benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras … diusap oleh angin dingin seperti pisau, atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil … orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

“Yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan adalah dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan…”

Selain Catatan Seorang Demonstran, buku lain yang ditulis Soe Hok Gie adalah Zaman Peralihan, Di Bawah Lentera Merah (yang ini saya belum punya) dan Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan serta riset ilmiah DR. John Maxwell Soe Hok Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani.

Tahun depan Mira Lesmana dan Riri Reza bersama Miles Production akan meluncurkan film berjudul “Gie” yang akan diperankan oleh Nicholas Saputra, Sita Nursanti, Wulan Guritno, Lukman Sardi dan Thomas Nawilis. Saat ini sudah memasuki tahap pasca produksi.
Catatan Seorang Demonstran

John Maxwell berkomentar, “Gie hanya seorang mahasiswa dengan latar belakang yang tidak terlalu hebat. Tapi dia punya kemauan melibatkan diri dalam pergerakan. Dia selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan bangsanya. Walaupun meninggal dalam usia muda, dia meninggalkan banyak tulisan. Di antaranya berupa catatan harian dan artikel yang dipublikasikan di koran-koran nasional” ujarnya. “Saya diwawancarai Mira Lesmana (produser Gie) dan Riri Reza (sutradara). Dia datang setelah membaca buku saya. Saya berharap film itu akan sukses. Sebab, jika itu terjadi, orang akan lebih mengenal Soe Hok Gie” tuturnya.

Kata Kata Soe Hok Gie
  • Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran.
  • Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah.
  • Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan Dewa dan selalu benar, dan murid bukan kerbau.
  • Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda.
  • Saya memutuskan bahwa saya akan bertahan dengan prinsip-prinsip saya. Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.
  • Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
  • Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
  • Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
  • Sejarah dunia adalah sejarah pemerasan. Apakah tanpa pemerasan sejarah tidak ada? Apakah tanpa kesedihan, tanpa pengkhianatan, sejarah tidak akan lahir?
  • Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis…
  • Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tetapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka yang merugikan pemerintah.
  • Bagi saya KEBENARAN biarpun bagaimana sakitnya lebih baik daripada kemunafikan. Dan kita tak usah merasa malu dengan kekurangan-kekurangan kita.
  • Potonglah kaki tangan seseorang lalu masukkan di tempat 2 x 3 meter dan berilah kebebasan padanya. Inilah kemerdekaan pers di Indonesia.
  • To be a human is to be destroyed.
  • Saya tak mau jadi pohon bambu, saya mau jadi pohon oak yang berani menentang angin.
  • Saya putuskan bahwa saya akan demonstrasi. Karena mendiamkan kesalahan adalah kejahatan.
  • I’m not an idealist anymore, I’m a bitter realist.
  • Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya kemarahan yang membuat saya keluar air mata.
  • Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasai kedukaan.
  • Saya tak tahu mengapa, Saya merasa agak melankolik malam ini. Saya melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas jakarta dengan warna-warna baru. Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam satu kombinasi wajah kemanusiaan. Semuanya terasa mesra tapi kosong. Seolah-olah saya merasa diri saya yang lepas dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan. Perasaan sayang yang amat kuat menguasai saya. Saya ingin memberikan sesuatu rasa cinta pada manusia, pada anjing-anjing di jalanan, pada semua-muanya.
  • Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun. Dan melupakan perang dan kebencian. Dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik.
Referensi :
- http://prasetyaade.blogspot.com/2006/12/presiden-soekarno-presiden-pertama.html
- http://yulian.firdaus.or.id/2004/12/16/soe-hok-gie/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Soe_Hok_Gie
- http://dasonly.blogspot.com/2009/05/soe-hok-gie-dalam-kata-kata.html